Sabtu, 03 September 2022

Kerapan sapi"MADURA"

 Mengenal Karapan Sapi, Tradisi Khas Masyarakat Madura







Jakarta - Karapan Sapi adalah perlombaan pacuan sapi . Tradisi ini merupakan ciri khas masyarakat Madura.
Budaya khas suku Madura ini digelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September. Lalu akan dilombakan lagi untuk final pada akhir September atau Oktober.

Biasanya, final diadakan di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan piala bergilir presiden yang saat ini berganti menjadi piala gubernur.


Karapan Sapi termasuk salah satu jenis kesenian, olahraga, atau permainan tradisional yang rutin dilakukan masyarakat Pulau Madura. Ada dua versi mengenai asal-usul kata Kerapan atau Karapan, dilansir situs Kemdikbud.

Pertama, istilah Kerapan berasal dari kata Kerap atau Kirap yang artinya berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong. Sedangkan versi kedua yakni Kerapan berasal dari bahasa Arab Kirabah yang artinya persahabatan.

Pada perlombaan tersebut, sepasang sapi menarik sejenis kereta dari kayu tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi itu. Pasangan sapi dipacu untuk adu cepat melawan pasangan-pasangan lain.

Trek pacuan biasanya sekitar 100 meter dan lomba berlangsung sekitar sepuluh detik hingga satu menit.

Tak hanya perlombaan, Karapan sapi menjadi ajang pesta rakyat dan acara yang prestisius bagi masyarakat Madura. Bahkan status sosial pemilik sapi karapan terangkat jika sapinya menjadi juara.

Pasalnya, hewan ini sering dijadikan bahan investasi dengan cara dilatih dan dirawat sebelum bertanding. Dengan begitu, sapi karapan akan menjadi sehat, kuat, dan bisa memenangi perlombaan.

Biaya seekor sapi karapan cukup besar, bisa sampai Rp 4 juta per pasang untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Seringkali sapi karapan diberi aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terutama menjelang diadu di arena perlombaan.

Lomba Karapan Sapi terdiri dari beberapa jenis, mulai dari Karapan kecil tingkat kecamatan, hingga Karapan tingkat karesidenan yang diikuti oleh para juara tiap wilayah dan menjadi puncak acara.

Lomba Karapan Sapi pun banyak melibatkan pihak di masyarakat. Di antaranya pemilik sapi pacuan, tukang tongko yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles, tukang tambeng yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas, tukang gettak yang menggertak sapi agar saat diberi aba-aba dapat melesat cepat, tukang tonja yang menarik dan menuntun sapi, serta tukang gubra yang bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan.

Sebelum Karapan sapi dimulai, pasangan-pasangan sapi diarak mengelilingi arena pacuan dengan iringan gamelan Madura. Selain untuk melemaskan otot-otot sapi, proses ini menjadi arena pamer keindahan pakaian dan hiasan dari sapi yang berlomba. Setelah parade selesai, barulah pakaian dan seluruh hiasan dibuka.

Setelah itu, lomba pertama dimulai untuk menentukan klasemen peserta. Pada babak ini, peserta akan mengatur strategi agar sapi pacuan mereka masuk ke kelompok 'atas' agar pada babak selanjutnya (penyisihan), bisa berlomba dengan sapi pacuan kelompok 'bawah'.

Kemudian ada babak penyisihan pertama, kedua, ketiga, dan keempat atau babak final. Dalam babak penyisihan ini, permainan memakai sistem gugur. Jadi, sapi-sapi pacuan yang sudah kalah tidak bisa mengikuti pertandingan babak selanjutnya.

Sedangkan sapi pacuan yang menjadi pemenang akan berhadapan lagi dengan pemenang dari pertandingan lainnya. Begitu seterusnya hingga tersisa satu sapi karapan sebagai pemenang.

Jika diperhatikan, Karapan sapi tak sekadar perlombaan, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti kerja keras, kerja sama, sportivitas, persaingan, dan ketertiban.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guys''! Story Of Bangkalan City"MADURA"

  Asal Usul Sejarah Kota Bangkalan Pulau Madura telah diceritakan bahwa Ki Ario Mengo telah membuka hutan di selatan Pulau Madura dan mendir...